Pages

Selasa, 25 Oktober 2011

Meraih Bintang



Dalam suatu waktu yang tak pernah diketahui, ada seekor merpati yang mempunyai teman seekor anak itik. Itu adalah sebuah keanehan, karena tak ada satupun makhluk di dunia ini yang mampu membayangkan jenis pertemanan itu. Hingga persahabatan mereka yang cukup dekat, sang merpati memperlakukan si anak itik bak adikknya sendiri.
Dalam satu malam, tiba-tiba merpati itu berkata pada si anak itik. ”Aku akan terbang esok. Aku sudah mempunyai sayap.”
Si anak itik hanya terdiam kebingungan. Memandangi sang merpati yang memang sudah memiliki sepasang sayap yang indah.
”Jadi, mungkin kita akan jarang bertemu.” lanjut sang merpati.
Si anak itik sedikit tersedak mendengar penyataan yang barusan terlontar. Parasnya pucat namun bahagia, karena ia teringat pada ajaran gurunya, Profesor Burung Hantu—bahwa ada saatnya kita akan terbang, menjelajah dunia yang terbentang luas hingga meraih bintang.
”Jadi, kakak akan terbang dan meraih bintang?” tanya si anak itik.
”Begitulah.” jawab sang merpati pendek.
Malam semakin menunjukkan kekuatannya pada alam dengan warna yang kelam. Sang merpati dan si anak itik terduduk bersama di atas bukit ilalang seraya memandangi bintang.
”Kalau begitu, ajak aku terbang meraih bintang, kak.” pinta si anak itik.
Sang merpati terdiam dan memandangi si anak itik. Setelah beberapa saat, ia menghela nafas dan berkata, ”Maaf, kali ini aku tak bisa membantumu. Tak bisa memenuhi keinginanmu.”
Si anak itik langsung cemberut seperti biasanya kalau dia digodain dan diledek kakaknya. ”Kenapa? Kakak pelit sekali?”
”Tak bisa, karena kamu memang belum saatnya untuk terbang. Pasti ada suatu saatnya nanti, kamu akan siap terbang sepertiku. Selesaikan dahulu pelajaranmu.”
”Tapi aku sudah bosan belajar dengan Profesor burung hantu itu.....” rengek si anak itik, ”Lagipula apa bisa aku terbang seperti kakak suatu saat nanti?”
Sang merpati terdiam memandangi langit. Langit malam begitu indah akan taburan bintang. Semuanya menunjukkan keahliannya hingga membentuk rasi bintang polaris. Ia pun berpaling memandangi adiknya, yang ia tahu sangat berbeda dengan dirinya.
”Ketika kau telah selesai belajar dengan profesor burung hantu, kau akan tahu apa yang terbaik untukmu. Kau akan menjelajah dunia dan meraih bintang, walau tak harus terbang.”
Si anak itik mengkerutkan dahi pertanda tak mengerti. ”Kog bisa?”
”Tentu bisa, makanya selesaikan dahulu pelajaranmu. Dan satu lagi syaratnya, percayalah pada kemampuanmu. Kamu hebat dan janganlah takut untuk terus mengeluarkan ide-ide gila nan kreatifmu.” ucap sang merpati dengan penuh senyum dan menepuk kepala si anak itik.
Esok pagi, sang merpati pun terbang tinggi untuk pertama kalinya. Ia pergi dengan diiringi senyuman dan rasa terima kasih dari si anak itik.
*           *           *
Di masa depan yang tak pernah diketahui. Di sebuah danau di ujung dunia. Saat senja menujukkan jati dirinya yang kemerahan ketika musim gugur. Terlihat seekor merpati gagah dengan sayap indahnya bersama seekor angsa dengan bulu-bulu cantiknya. Mereka berdua telah menjelajah dunia dengan cara mereka sendiri-sendiri. Sang merpati terbang mengikuti angin musim. Si Angsa berenang sesuai dengan gelombang air. Dan mereka telah meraih bintang. Bintang di angkasa dan di samudera. Kini saatnya mereka tuk berbagi cerita....

0 komentar:

Posting Komentar