Pages

Selasa, 25 Oktober 2011

Keajaiban untuk meraih mimpi

Raka dan Nathan dipertemukan secara sengaja oleh Bu Ratna—wali kelas mereka—di dalam kepengurusan majalah dinding. Dua cowok ini memiliki sifat yang sangat bertolak belakang.
Raka adalah tipe cowok tidak pernah peduli pendapat orang lain, tapi suka sekali mencampuri urusan orang lain yang berada di sekitarnya. Sedangkan Nathan adalah cowok pintar dan berbakat dalam segala hal, tapi selalu bersikap sini terhadap orang di sekitarnya.

Tidak hanya kepada teman-teman cowoknya saja, Nathan bersikap sinis. Tetapi juga terhadap teman-teman ceweknya. Bahkan, Raka telah beberapa kali memergoki Nathan menolak cinta beberapa orang cewek yang menyukainya secara dingin dan tega!
Hal inilah yang membuat Raka kesal dan pada akhirnya menegur Nathan. Bagaimana pun menurut Raka, perempuan adalah sosok yang halus dan sensitif. Tidak sewajarnya Nathan memperlakukan mereka seperti itu.
Tapi di balik itu semua, Raka merasa Nathan adalah cowok yang superbisa. Selain jago di berbagai bidang pelajaran, diam-diam Nathan juga mahir berolahraga dan bela diri.
Tanpa sadar, kedua orang ini menjadi dekat. Nathan yang biasanya sinis dan dingin terhadap siapa pun, mulai mengajari Raka beberapa pelajaran eksak. Sebaliknya, sifat Raka yang selalu ikut campur dalam urusan orang lain ternyata mampu membuat Nathan mengubah pandangannya akan hidup.
Namun, apakah Raka mampu membawa keajaiban bagi Nathan yang sudah enggan meneruskan hidupnya yang, mungkin, sudah tidak lama lagi?
Cerita tentang pertemanan yang terangkai menjadi sebuah persahabatan terasa begitu kental dalam novel Let Go karya Windhy Puspitadewi. Perjalanan cerita anak SMA—khususnya tentang persahabatan—memang seru untuk ditelusuri. Bagai warna-warni bunga, masing-masing individu memiliki cerita yang tersendiri. Begitu pun dengan novel yang diterbitkan oleh GagasMedia ini.
Kedua tokoh sentral—Raka dan Nathan—tanpa sengaja menjadi dua orang anak remaja yang saling mengisi satu sama lain. Tanpa disengaja, keduanya saling membantu dan mendukung ketika dihadapkan pada satu persoalan. Tentunya, dengan cara dan jalan yang sangat berbeda di antara keduanya.
Semakin dekat, tanpa sadar, keduanya ternyata semakin takut kehilangan. Percaya atau tidak, pengalaman yang mereka alami sebelum saling kenal memilik kesamaan. Hingga satu waktu, saat ada yang hilang, rasa itu akan tetap memiliki bagian tersendiri di dalam hati. Bagian yang tidak akan mungkin terhapus, baik oleh jarak maupun waktu.

0 komentar:

Posting Komentar